MEMAHAMI JALAN ALLAH-2

Allah menciptakan insan (manusia) sebagai mahluk yang paling mulia, sehingga menyebabkan mahluk rohani lainnya, terutama jin dan setan merasa cemburu. Akibatnya, pergulatan antara insan, jin dan setan di bumi kecil ciptaan Allah menjadi semakin sengit.

.Di bumi besar ada kelompok manusia dan ada kelompok jin, dan di bumi kecil Continue reading

MEMAHAMI JALAN ALLAH

Banyak sekali sebutan untuk Jalan Allah. Salah satu di antaranya disebutkan dalam QS 1 Al Fatihah ayat 6 : Tunjukilah kami jalan yang lurus (QS 1:6). Ayat ini, saya sebut sebagai ayat kunci yang menyebabkan surat ini disebut sebagai ummul kitab, karena seluruh isi Al Quran merupakan petunjuk bagi manusia untuk menemukan shirathal mustaqim, jalan lurus, atau pun jalan Allah.

Ayat ini saya sebut sebagai ayat kunci, karena keberadaan jalan yang lurus Continue reading

AKU INI SIAPA ?

Allah berfirman : Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, (QS 2:21).

Ayat ini, sebagaimana ayat-ayat yang lain, sungguh sederhana. Bahkan amat sederhana, sehingga manusia acapkali tidak memerhatikan isi kandungan pesannya. Jadi, sebenarnya ini adalah pelajaran tentang Continue reading

CINTA KASIH ALLAH

Allah berfirman :

1. Thaahaa. 2. Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah; 3. tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut, 4. Yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. 5. Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas ‘Arsy. (QS 20:1-5).
Saudaraku, mari kita selisik ayat-ayat yang indah ini, supaya kita memperoleh pencerahan jiwa. Lebih-lebih karena ayat-ayat yang kita kutipkan di atas memiliki nuansa yang sangat mengasyikkan.
Kita mulai dari ayat yang ke-2, karena ayat ke-1 itu tergolong ayat yang disepakati oleh jumhur ulama sebagai ayat yang penafsirannya diserahkan kepada Allah. Ayat pertama ini pun dijadikan nama surat, yaitu Thaahaa.
Ayat kedua diterjemahkan seperti ini : Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah. Ini adalah pengalihbahasaan dari Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia dengan struktur yang berkaidah Bahasa Arab. Maka, sejatinya, ayat tersebut mengandung pengertian – dari terjemahan ini – bahwa : Al Quran ini diturunkan bukan untuk menyusahkan kamu. Jadi, tidak ada maksud untuk menyusahkan manusia.
Namun demikian, mengapa banyak manusia yang menyatakan betapa susahnya mengamalkan Al Quran. Jangankan mengamalkan, memahami artinya saja masih susah. Jangankan memahami, membaca huruf-hurufnya saja susah, sebab selama ini selalu dimunculkan wacana, jika salah meletakkan mahraj huruf akan mengubah arti dan makna. Bahkan ada yang menyebutnya, dosa.
Bisa jadi, wacana itu perlu dimunculkan supaya manusia berhati-hati dan tidak menjadikan mushaf Al Quran sebagai bahan olok-olok atau permainan. Jika itu maksudnya, maka wacana itu akan menjadi sebuah wacana yang produktif.. Tetapi hal yang kontra-produktif pun berpotensi muncul, yakni ketakutan yang berlebih-lebihan sehingga menjadikan mushaf Al Quran dan ayat-ayatnya menjadi jimat untuk mengusir jin dan mahluk-mahluk halus yang jahat. Bahkan ada juga yang menjadikannya sebagai cara untuk menjadi alat pemikat lawan jenis, alat menarik rejeki atau uang, dll. Yang saya sebutkan itu adalah urusan-urusan duniawiah alias kebutuhan duniawi. Padahal, Al Quran diturunkan untuk menjadi petunjuk bagi manusia, untuk menjadi cahaya penerang bagi jiwa, untuk menjadi pelipur hati yang lara. Dan yang saya sebutkan terakhir ini adalah urusan rohaniah atau kebutuhan rohani. Pada sisi inilah semestinya Al Quran dapat berperan.
Maka, Allah menyatakan bukan untuk menyusahkanmu. Lalu untuk apa Al Quran diturunkan ?
Allah memberikan jawabannya : tetapi, sebagai peringatan bagi orang yang takut.(QS 20:3). Nah, ini sungguh menarik, khususnya tentang peringatan. Harus kita akui, seringkali kita menganggap enteng arti atau makna kata peringatan dari kata dasar ingat, lalu mengingat dan peringatan. Supaya kita tidak berbicara ngawur, mari kita perhatikan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang mudah diakses di internet.
Kata ingat menurut KBBI memiliki makna : berada dalam pikiran, tidak lupa, timbul lagi dalam pikiran, sadar, siuman, menaruh perhatian, memikirkan akan, dan setidaknya masih ada empat pengertian lain lagi. Namun yang saya sebutkan itu menunjukkan bahwa ingat itu berkaitan dengan akal, pikiran, qolbu yang semuanya bersifat rohaniah. Dan, padanan kata ingat dalam bahasa Arab disebut zikir, sehingga zikir pun merupakan aktivitas qalbu atau pikiran.
Maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa orang dapat ingat sesuatu jika sesuatu itu sudah berada dalam pikiran, baik karena orang itu bertemu dengan sesuatu itu atau melihat sesuatu itu, sehingga setelah irtu, dia akan selalu ingat, karena itu ia tidak lupa pada sesuatu yang ada dalam pikirannya. Bahkan jika sesuatu itu disebut atau dikatakan maupun dituliskan, sesuatu itu pasti akan timbul dalam pikiran atau muncul dalam pikiran, sehingga menjadi sadarlah ia pada sesuatu itu lalu ia pun menaruh perhatian pada sesuatu itu, selalu memikirkan akan keberadaan atau sosok sesuatu itu.
Maka Tuhan memerintahkan mmanusia agar “dirikanlah salat untuk mengingat Aku” (QS 20:14) itu maksudnya adalah supaya manusia dapat mengingat dengan proses seperti yang telah saya sebut di atas. Supaya lebih jelas baca lagi yang telah saya tulis itu dengan mengganti kata sesuatu itu dengan Tuhan.
Sekarang pengertian peringatan menurut KBBI : nasehat (teguran dsb) untuk mengingatkan pada sesuatu, kenang-kenangan, sesuatu yang dipakai untuk memperingati, catatan, ingatan dan hal memperingati, mengenang dsbnya. Sehingga dapatlah kita simpulkan bahwa peringatan adalah metode, cara atau alat yang dipakai untuk membangkitkan kembali ingatan seseorang, sehingga karena itu, ia dapat kembali ingat. Yang semula lupa jadi ingat, yang semula pingsan menjadi sadar dstnya.
Itulah sebabnya, maka Allah menjadikan Al Quran itu mudah, sebagaimana ayat yang kita bicarakan sekarang. Masih banyak ayat-ayat lain yang berkaitan dengan itu, misalnya firmanNya berikut :
“Dan sungguh telah Kami mudahkan Al Quran untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran ?” (QS 54:17) dan yang diulangi lagi pada ayat 22, 32 dan 40 di surat yang sama. Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang serupa itu sebagai ungkapan bahwa memang benar Tuhan telah menjadikan Al Quran itu mudah sebagai peringatan, atau sebagai metode, cara atau alat yang dipakai untuk membangkitkan kembali ingatan seseorang yang di dalam pikirannya sudah bersemayam sosok Allah yang harus disembahnya.
Maknanya, semua ayat dalam Kitabullah Al Quran itu merupakan metode atau cara yang dipilih oleh Allah untuk terus membangkitkan kembali ingatan manusia kepadaNya yang bersemayam di dalam qalbu orang-orang beriman sebagaimana diisyaratkan oleh Nabi Muhammad saw bahwa qalbunmu’minin baitullah, atau, qalbu orang beriman adalah rumah Allah. Orang beriman selalu menyembah Pemilik rumah itu, bukan menyembah rumahNya.
Perintah itu digambarkan dengan simbolisasi yang sangat indah dalam mushaf Kitabullah, yaitu :
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah).yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. (QS 106:3,4).
Ayat tersebut, jika dikaitkan dengan sabda Nabi Muhammad saw bahwa qalbu orang beriman adalah rumah Allah, maka kata Ka’bah yang diletakkan dalam tanda kurung setelah kata Pemilik rumah ini adalah simbol atau kiasan dari qalbu manusia. Nah, orang-orang beriman adalah mereka yang telah dapat menyembah Allah yang ada di dalam qalbunya.
Maka, setiap kali ia mendengar kata Allah, atau disebut Nama Tuhan, maka dia langsung akan mengingat Pemiliknya, karena sosoknya akan muncul dalam ingatannya.
Itu adalah salah satu cara Allah untuk mengingatkan manusia, yakni dengan membuat simbol atau perumpamaan-perumpamaan. Di sini kita jadi ingat bahwa Allah sudah memberitahukan bahwa Dia sengaja membuat simbol atau perumpamaan. Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?.” dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, (QS 2:26).
Perhatikan frasa “apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan ?” . Ini menandakan bahwa orang-orang kafir tahu bahwa Allah mempergunakan banyak perumpamaan dalam Kitabullah, tetapi mereka tidak tahu apa yang diumpamakan atau disimbolkan. Atau dengan kata lain, mereka baru sampai pada taraf tahu ada perumpamaan tetapi belum berhasil mengetahui apa yang dijadikan perumpamaan. Seperti contohnya : ka’bah adalah perumpamaan untuk qalbu. Dengan lain perkataan ka’bah adalah kiasan, sedangkan qalbu adalah yang sejatinya atau yang dikiaskan.
Hal yang sama juga terjadi pada cerita atau kisah yang ada di dalam Al Quran, itu semua adalah kiasan yang harus diketahui apa yang dikiaskan dengan kisah itu. Maka Allah menanyakan : maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran ?” (QS 54:17). Pertanyaan yang sejatinya merupakan perintah agar manusia mau mengambil pelajaran dari banyaknya kiasan, sampai diketahui perintah Allah yang harus dikerjakan. Karena kiasan atau perumpamaan itu memang merupakan cara Allah memilih siapa yang diberinya petunjuk dan siapa yang disesatkan.
Siapa yang dipilih untuk diberi petunjuk melalui cara menyampaikan kiasan sebagai peringatan itu ? Atau, petunjuk itu untuk siapa ? Jawabannya : Bagi orang yang takut. (QS 20:3). Ini sungguh menarik, karena yang dijadikan sasaran peringatan Tuhan adalah orang-orang yang takut. Kenapa bukan untuk peringatan bagi orang-orang yang lupa ? Inilah sisi menariknya, karena sebenarnya, semua manusia selalu diliputi oleh ketakutan sepanjang waktu hidupnya. Misalnya : takut masa depannya suram, takut ujian tidak lulus, takut usahanya bangkrut, takut anaknya mendapat kecelakaan dll. Tetapi bukan ketakutan seperti itu yang dimaksudkan di sini, melainkan takut lupa atau melupakan Allah yang telah disaksikannya. Mereka amat takut, pada peringatan Allah : Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (QS 107:4) (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya,(QS 107:5).

Yakni mereka takut ketika salat tidak dapat mengingat Allah yang telah dikenalnya. Artinya, mereka takut menjadi manusia yang celaka, karena tahu bahwa peringatan itu :  diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. (yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas ‘Arsy (QS 20:4,5), karena ‘Arsy itu sudah ia ketahui letaknya, dan ia pun sudah mengetahui bahwa Allah ada di tempat itu pula.

Sungguh apa yang diturunkan oleh Allah kepada Hamba pilihanNya merupakan bukti bahwa Allah senantiasa menurunkan cinta kasihNya setiap detik atau di setiap helaan nafas. Dan nikmat Allah yang paling besar dan yang harus disyukuri oleh hamba yang telah Dia pilih untuk menjadi orang beriman.

Bagaimana ? Apakah kita ada di posisi itu ? *****